Minggu, 14 November 2010

Tsunami Mentawai


Tsunami

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, ië beuna atau alôn buluëk (menurut dialek) dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong berarti tsunami.

Penyebab terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami
  • Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
  • Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
  • Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
TSUNAMI MENTAWAI
Dunia berduka kembali setelah terjadinya goncangan tsunami yang terjadi di Mentawai, tsunami yang berkekuatan lebih dari 7 skala richter.tsunami.jpg Kejadian pada Senin 25 Oktober 2010 lalu dengan kekuatan 7,2 skala richter (SR) telah menimbulkan dampak yang berat bagi daerah Mentawai sekitarnya. Tak kurang dari 449 orang telah dinyatakan sebagai korban tsunami dan warga yang dinyatakan belum ditemukan sebanyak 96 orang (Kompas 31 Okt 2010).
Korban akibat tsunami tersebut ternyata bukan hanya warga di sekitar tempat tersebut melainkan banyak warga asing juga, dan kabarnya ada sekitar sembilan orang peselancar yang ikut menjadi korban tsunami tersebut. Selain korban,dampak psikologis yang mendera warga Mentawai, yang tentu saja takkan mudah hilang dalam waktu yang singkat.
Walaupun pemerintah sudah menyiapkan sisitem peringatan dini melalui pelampung tsunami buoy yang telah dipasang di beberapa daerah termasuk di perairan antara Pulau Siberut Mentawai dengan pantai Sumatera Barat. Untuk memberikan peringatan melalui teknologinya kepada kita semua tentang akan terjadinya sebuah tsunami. Namun karena keterbatasan sebuah alat yang namanya buoy tersebut dan jaringan komunikasi daerah terpencil yang belum memadai, kitapun kembali terpana melihat kenyataan akhirnya tsunami kembali merenggut nyawa umat manusia begitu besar.
Pemerintah melanjutkan status tanggap darurat di lokasi gempa dan tsunami Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar).
Masa tanggap darurat paska bencana Tsunami mentawai diperpanjang selama 14 hari. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Dareah Sumatera Barat Hermansyah, sesuai arahan dari Gubernur, masa tanggap darurat diperpanjang yang seharusnya besok sudah selesai.
Penambahan tersebt digunakan untuk membangun tempat tinggal sementara, sekolah sementara dan pengobatan. Agendanya dalam  masa tanggap darurat itu, membangun hunian sementara, sekolah sementara, dan melakukan pengobatan di lokasi-lokasi pengungsian,ujarnya. Selain itu, waktu penambahan juga digunakan untuk pendristribusian logistik, dan makanan lainnya serta pakaian dan alat memasak. Namun dalam rapat koordinasi ini tidak dihadiri Gubernur Irwan Prayitno.

Pasalnya, tengah berkunjung ke Jerman dan nyangkut di Singapura dengan alasan pesawat tidak bisa terbang ke Bandara Soekarno Hatta. Sementara Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim, sedang bersama Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkom Info) Tifatul Sembiring di Bukit Tinggi.


KERUGIAN
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkirakan, jumlah kerugian materiil akibat tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, bisa mencapai sekitar Rp46 miliar.
Bantuan yang terdiri atas uang tunai, ikan olahan kalengan, serta biskuit tersebut disampaikan sebagai bentuk kepedulian karyawan KKP terhadap masyarakat yang terkena bencana. Selain itu, KKP akan membantu proses rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan. Sebagian anggaran yang direlokasi KKP akan digunakan untuk rehabilitasi Pelabuhan Perikanan Pantai Sikakap, rumah nelayan tahan bencana, penyediaan kapal nelayan, serta karamba jaring apung.
DAMPAK
Dari tragedi tsunami yang terjadi di Mentawai dampak negatifnya antara lain:
·         Timbulnya penyakit dan penurunan kesehatan masyarakat
·         Perekonomian menurun bahkan dapat lumpuh
·         Dapat mengganggu Psikologis para korban bencana
·         Korban jiwa dan kerugian materill
·         Dan sebagainya


Dan dampak positif yang ditimbulkan
·         Timbulnya solidaritas masyarakat
·         Terjalin rasa persaudaraan antar korban bencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar